hukum bersalaman dengan yg bukan mahram !!!
pada satu ketika , ada sahabat kita mempunya masalah tentang hukum yang berkaitan dengan bersalaman dengan yang bukan mahram .. kerana masalanya ( bila tiba hari raya atau perayaan , semua keluarga berkumpul belah ayah ngan ibu , jadi ada yang bukan mahram , ketika bersalaman ada yg bukan mahram , apa hukumnya kat situ) soalan sahabat kita !
jadi disini saya ada meletakkan beberapa dalil , sahabat boleh baca dibawah ini , saya minta maaf segala kekurangan dan kecacatan , jika ada pandangan dan pendapat boleh hantar comment ..
Orang Melayu terkenal dengan masyarakat yang mementingkan adab, sopan-santun dan budi-pekerti yang mulia. Antara adab yang sentiasa dipraktikkan dalam masyarakat ialah bersalam atau berjabat tangan di antara satu sama lain apabila bertemu. Perbuatan ini merupakan sesuatu yang amat baik kerana ia dapat mengeratkan silaturahim dan persaudaraan di dalam masyarakat.
Namun akhir-akhir ini didapati bahawa bersalam atau berjabat tangan ini dilakukan dengan sewenang-wenangnya tanpa mengira batas hukum syarak, sehinggakan gejala bersalam atau berjabat tangan di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram menjadi semakin berleluasa dan semakin diterima di dalam masyarakat. Apatah lagi apabila bertemu dengan pemimpin, maka bukan sekadar berjabat tangan tetapi ada yang sanggup mencium tangan pemimpin tersebut sedangkan tidak ada ikatan mahram di antara mereka!.
Fenomena seumpama ini sekiranya dibiarkan, ia akan menjadi semakin parah yang akhirnya bukan sahaja bercanggah dengan ajaran Islam, malahan akan turut menghakis nilai-nilai murni dan adab tatasusila yang diamalkan dalam masyarakat Melayu selama ini. Walaupun para ulama’ mengharuskan seseorang lelaki berjabat tangan dengan wanita yang sudah tua yang sudah tidak ada lagi keinginan syahwat (rujuk dalam Fatawa Mu’asirah oleh Yusuf al-Qaradawi), namun ia janganlah dijadikan sebagai satu alasan untuk sewenang-wenangnya membudayakan berjabat tangan di antara lelaki dan perempuan.
Allah swt telah berfirman dalam surah al-Nur ayat 30-31 bermaksud: ”Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat (merendahkan) pandangan mereka (daripada memandang wanita yang bukan mahram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; Sesungguhnya Allah amat mendalam pengetahuannya tentang apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat (merendahkan) pandangan mereka, dan memelihara kehormatan mereka…..”.
Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan agar orang lelaki dan perempuan agar menjaga dan merendahkan pandangan mereka daripada melihat sesuatu yang diharamkan seperti melihat orang yang bukan mahram sehinggakan boleh menimbulkan syahwat. Oleh itu, ajaran Islam mengharamkan seseorang lelaki melihat kepada wanita yang bukan isterinya atau wanita yang bukan mahramnya. Hal ini tidak pula bermaksud kita dikehendaki memejamkan mata ketika bertemu dengan orang yang bukan mahram, tetapi apa yang dimaksudkan ialah kita dilarang melihat berulang-kali terhadap seseorang yang bukan mahram kerana ia boleh menimbulkan syahwat dan fitnah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidhi dan Ahmad, nabi saw telah bersabda kepada Saidina Ali yang bermaksud: ”Wahai Ali, janganlah kamu mengikuti pandangan yang pertama (terhadap wanita yang bukan mahram) dengan pandangan yang seterusnya, kerana sesungguhnya pandangan pertama itu bagi kamu (diharuskan), tetapi kamu dilarang daripada pandangan yang kedua (iaitu terus memandang kepada wanita yang bukan mahram sehingga boleh menimbulkan syahwat)”.
Sekiranya memandang kepada wanita yang bukan mahram pun dilarang dalam hukum syara’, sudah tentu bersalam dan berjabat tangan di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram diharamkan. Cubalah kita fikirkan, manakah yang lebih menimbulkan syahwat dan fitnah, memandang dari jauh atau bersalaman dan berjabat tangan yang melibatkan persentuhan kulit dengan kulit? Tepuk dada, tanya iman!.
Di sini saya letakkan beberpa dalil yang mengharamkannya:
1 . para ulama’ yang mengharamkan berjabat tangan di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram ialah nabi saw tidak berjabat tangan dengan wanita ketika melakukan bai’ah sedangkan dalam masa yang sama nabi saw berjabat tangan dengan lelaki ketika bai’ah dilakukan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyatakan bahawa, “Daripada Abdullah bin Amr’ ra, bahawa sesungguhnya Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita dalam bai’ah”.
2. beberapa riwayat dari ?Aisyah r.a. yaitu:
Telah berkata ?Aisyah: ?Tidak pernah sekali-kali Rasulullah Saw menyentuh tangan seorang wanita yang tidak halal baginya.?
[Hadith Riwayat Bukhari Muslim].
Telah berkata ?Aisyah: ?Tidak! Demi Allah, tidak pernah sekali-kali tangan Rasulullah Saw menyentuh tangan wanita (asing), hanya ia ambil bai?at mereka dengan perkataan.? [Hadith Riwayat Bukhari Muslim].
Menurut mereka Hadits-hadits di atas dan serupa dengannya merupakan dalil yang nyata bahwa Rasulullah Saw tidak berjabat tangan dengan wanita bukan mahram (asing). Kerana itu maka hukum berjabat tangan antara lawan jenis yang bukan mahram adalah haram.
3. hadits-hadits yang menunjukkan larangan ?menyentuh wanita? serta hadits-hadits lain yang maknanya serupa. Misalnya hadits shahih yang berbunyi:
?Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.? [HR. Thabrani].
Atau hadits yang berbunyi:
?Lebih baik memegang bara api yang panas dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram.?
Ketiga, juga di dasarkan pada sabda Rasulullah Saw yakni:
?Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita.? [HR. Malik, Tirmidzi dan Nasa?i].
4. Berkata Syaikh Al Albani:
"Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang
yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya, termasuk masalah berjabat
tangan, karena jabat tangan itu termasuk menyentuh."
(Ash Shohihah 1/448)
Dsini juga saya letakkan beberpa dalil yg mengharamkannya dari Sumber Rujukan: Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa, Syaikh Muhammad Shalih Al Munajid :
Beliau Shallallahu'alaihi wa Sallam juga bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita" (HR: Ath Thabrani dalam Al Kabir: 24/342, shahihul jami’: 70554)
Dan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, yang artinya: "Demi Alloh, tiadalah pernah tangan Rasululloh Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menyentuh tangan wanita walau sekali. Dan tiadalah beliau memba'iat kaum wanita, kecuali hanya dengan ucapan" (HR: Muslim 3/1489).
Di sini saya letakkan beberpa dalil yang membolehkannya
Sedangkan pendapat yang membolehkan dasarnya adalah riwayat yang menunjukkan bahwa tangan Rasulullah Saw bersentuhan (memegang) tangan wanita.
1. diriwayatkan dari Ummu ?Athiyah r.a. yang berkata:
?Kami membai?at Rasulullah Saw, lalu Beliau membacakan kepadaku ?Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu?, dan melarang kami melakukan ?nihayah? (histeris menangis mayat), kerana itulah seorang wanita dari kami menggenggam (melepaskan) tangannya (dari berjabat tangan) lalu wanita itu berkata: ?Seseorang (perempuan) telah membuatku bahagia dan aku ingin (terlebih dahulu) membalas jasanya? dan ternyata Rasulullah Saw tidak berkata apa-apa. Lalu wanita itu pergi kemudian kembali lagi.? [HR. Bukhari].
Hadits ini menunjukkan bahwasanya kaum wanita telah berbai?at dengan berjabat tangan. Kata ?qa ba dha? dalam hadits ini memiliki arti menggenggam/melepaskan tangan. Seperti disebutkan di dalam kamus yang berarti menggenggam sesuatu, atau melepaskan (tanganya dari memegang sesuatu). (Lihat A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, hal. 1167).
Hadits ini jelas-jelas secara manthuq (tersurat) artinya ?menarik kembali tangannya? menunjukkan bahwa para wanita telah berbai?at dengan berjabat tangan, sebab tangan salah seorang wanita itu digenggamnya / dilepaskannya setelah ia mengulurkannya hendak berbai?at. Selain itu dari segi mafhum (tersirat) juga dipahami bahwa para wanita yang lain pada saat itu tidak menarik (menggenggam) tangannya, artinya tetap melakukan bai?at dengan tangan terhadap Rasulullah Saw.
Jadi hadits ini menunjukkan secara jelas ?baik dari segi manthuq (tersurat) maupun mafhum (tersirat)? bahwa Rasulullah Saw telah berjabat tangan dengan wanita pada saat bai?at (Lihat Taqiyuddin An-Nabhani, Nidzham Ijtima?i Fil Islam, hal. 57 ? 58, 71 ? 72).
Penjelasan ini juga sekaligus membantah yang mengatakan: ?Yang dimaksud dengan genggaman tangan dalam hadits tersebut adalah ?penerimaan yang terlambat?.? Seperti yang dikemukakan golongan yang mengharamkan jabat tangan. (Lihat Muhammad Ismail, Berjabat Tangan Dengan Perempuan, hal. 34). Sebab kata ?genggam tangan? dalam hadits tersebut tidak memiliki erti selain ?berjabat tangan?. Dan tidak boleh difahami / diterima dari segi bahasa kalau diertikan ?penerimaan yang terlambat?.
Kata ?qa ba dha? juga sering ditemui dalam hadits-hadits lain yang ertinya menggenggam dengan tangan, misalnya, diriwayatkan oleh Abu Bakar r.a. dari Ibnu Juraij yang menceritakan, Bahwa ?Aisyah r.a. berkata: ?Suatu ketika datanglah anak perempuan saudaraku seibu dari Ayah Abdullah bin Thufail dengan berhias. Ia mengunjungiku, tapi tiba-tiba Rasulullah Saw masuk seraya membuang mukanya. Maka aku katakan kepada beliau ?Wahai Rasul, ia adalah anak perempuan saudaraku dan masih perawan(anak dara)?.? Beliau kemudian bersabda:
?Apabila seorang wanita telah sampai usia baligh maka tidak boleh ia menampakkan anggota badanya kecuali wajahnya dan selain ini ?digenggamnya pergelangan tangannya sendiri? dan dibiarkannya genggaman antara telapak tangan yang satu dengan genggaman terhadap telapak tangan yang lainnya.? [HR. Ath-Thabari dari ?Aisyah r.a.].
Hadits yang diriwayatkan oleh Ummu ?Athiyah r.a. ini yang dijadikan dalil oleh sebahagian ulama yang membolehkan berjabat tangan dengan bukan mahram. Namun demikian kebolehan tersebut dengan syarat tidak disertai syahwat. Kalau ada syahwat maka hukumnya haram.
Kedua, diriwayatkan dari ?Aisyah r.a. yang berkata:
?Seorang wanita mengisyaratkan sebuah buku dari belakang tabir dengan tangannya kepada Nabi Saw. Beliau lalu memegang tangan itu seraya berkata, ?Aku tidak tahu ini tangan seorang laki-laki atau tangan seorang wanita.? Dari belakang tabir wanita itu menjawab. ?Ini tangan seorang wanita?. Nabi bersabda, ?Kalau engkau seorang wanita, mestinya kau robah warna kukumu (dengan inai).? [HR. Abu Daud].
bagaimana dengan kita sahabat- sahabat semua... apakah masih meremehkan menjabat tangan wanita bukan mahrom?
pandangan dari saya . haram berjabat tangan dengan mahram berdasarkan dalil2 yg kukuh diatas , telah jelas bahwa rasulullooh tidak pernah menjabat wanita yang tidak halal bagi beliau...
semoga sedikit maklumat ini boleh kita amalkannya , semoga mendapat keradhaan dari allah , amin ya rabbi
0 comments:
Post a Comment